Trowulan, Ibukota Majapahit yang Kini Nyaris Tak Berbekas |
Bangsa yang besar adalah
yang tidak melupakan sejarah. Salah satu sejarah besar Indonesia adalah
Trowulan, situs kota yang dahulu merupakan pusat kerajaan Majapahit.
Trowulan sebagai ibukota Majapahit tercantum dalam
kakawin Nagarakretagama oleh Prapanca dan tercatat dalam karya Thomas
Stamford Raffles, The History of Java.
Namun bila melihat kawasan
pusaka tersebut saat ini, sulit percaya akan kebesaran kerajaan
Majapahit. Sebab, peninggalan kerajaan besar itu nyaris tak berbekas.
Padahal,
Trowulan menyimpan istana kerajaan Majapahit yang berbalut emas dengan
gerbang utamanya Gapura Wringin Lawang. Di dalamnya juga terdapat
kompleks yang terdiri dari puluhan rumah-rumah para pekerja istana.
Namun,
kondisi Trowulan saat ini sangat mengkhawatirkan akibat kerusakan dan
perusakan yang terus terjadi sampai hari ini. Salah satu struktur rumah
penduduk Majapahit yang tersisa hanyalah pundakan dan susunan batu. Tak
ada satu pun yang masih berbentuk rumah. Terlebih, sebagian besar
arca-arca yang ada dalam kondisi pecah.
Situs Trowulan kini
hanyalah hamparan sawah yang dikelilingi pabrik-pabrik. Bahkan kini
tengah dirancang pendirian pabrik baja yang dibangun 500 meter, persis
di kawasan situs Majapahit di Jalan Raya Mojokerto–Jombang, Trowulan.
Proyek itu pun mengancam struktur bangunan situs lainnya yang masih
terpendam di dalam tanah.
Padahal, luas wilayah ibu kota Majapahit
dulunya mencapai 112 kilometer persegi. Luas ini mencangkup Kabupaten
Mojokerto, Kota Mojokerto, dan Jombang. Ada 66 desa berdiri di atas
kompleks kerajaan ini.
"Sejak dilaksanakannya Temu Pusaka
Indonesia 2012, BPPI secara konsisten terus melakukan upaya pelestarian
di kawasan yang merupakan ibukota kerajaan Majapahit ini," kata Ketua
Dewan Pimpinan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) Luluk Sumiarso
dalam keterangannya kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (11/10/2013).
BPPI
pun akan mendampingi mitra–mitra pelestari di Trowulan dan
menyelenggarakan puncak peringatan Hari Pusaka Dunia atau World Heritage
Day 2013 di sana.
"Kegiatan ini menunjukkan upaya kita bersama
untuk mendorong sinergi para pemangku kepentingan dalam upaya penetapan
Trowulan sebagai Kawasan Cagar Budaya sesuai Undang–Undang Cagar Budaya
XI/2010," tambah Wakil Ketua Dewan Pimpinan BPPI Catrini P Kubontubuh.
Menurut
Direktur Eksekutif Yayasan Arsari Djojohadikusumo yang aktif mendukung
kegiatan pelestarian di Trowulan itu, menguatnya jejaring di antara para
pemangku pelestarian pusakamendorong pula penolakan pendirian pabrik
baja di kawasan ini. Selain aksi–aksi kultural yang dilakukan warga
setempat, BPPI dan Jaringan Pelestarian Majapahit menginisiasi pembuatan
petisi online di change.org untuk menggalang dukungan masyarakat di
seluruh dunia.
"Setelah BPPI mempresentasikan kawasan pusaka
Trowulan dalam the 15th International Conference of National Trustsdi
Uganda-Afrika Timur, maka telah terkumpul hampir 10.000 dukungan dalam
bentuk tandatangan," ungkap Catrini.
BPPI pun berharap seluruh
penduduk Indonesia mau menyelamatkan situs tersebut. Caranya hanya
dengan memberikan tanda tangan melalui petisi yang bisa diakses di
change.org dengan kata kunci 'savetrowulan'. (Mut) Liputan6.com, Jakarta :