English: The Seal of The President of the Republic of Indonesia, color version. (Photo credit: Wikipedia) |
Pidato Presiden
Jakarta, Jumat, 16 Agustus 2013
Pidato Kenegaraan dalam rangka HUT ke-68 Proklamasi Kemerdekaan RI
PIDATO KENEGARAAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DALAM RANGKA HUT KE-68 PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA
DI DEPAN SIDANG BERSAMA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
DAN
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
Jakarta, 16 Agustus 2013
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Yang saya hormati, Saudara Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
Yang saya hormati, Saudara Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia,
Yang saya hormati, Saudara Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota Lembaga-Lembaga Negara,
Yang Mulia para Duta Besar Negara-Negara Sahabat, dan para Pimpinan Perwakilan Badan-Badan dan Organisasi Internasional,
Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air,
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Marilah kita bersama-sama, sekali lagi, memanjatkan puji dan syukur ke
hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan insya Allah kesehatan untuk melanjutkan karya, tugas dan pengabdian kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.
Kita juga bersyukur, pada pagi ini, dapat menghadiri Sidang Bersama
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) dan Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia (DPD-RI), dalam rangka Peringatan Hari Ulang
Tahun ke-68 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Masih dalam suasana Hari Raya, sebagai Kepala Negara, Kepala
Pemerintahan, dan selaku pribadi, saya mengucapkan Selamat Idul Fitri 1
Syawal 1434 Hijriyah kepada kaum muslimin dan muslimat di seluruh tanah
air. Semoga masing-masing dari kita, dapat mengambil hikmah terbaik dari
bulan suci Ramadhan tahun ini.
Siang nanti, saya juga akan menyampaikan Pidato Pengantar RAPBN Tahun
Anggaran 2014, beserta Nota Keuangannya. Kedua pidato yang saya
sampaikan di forum terhormat ini, hakikatnya juga saya tujukan kepada
seluruh rakyat Indonesia.
Saudara-saudara,
Pada kesempatan yang istimewa ini, saya mengajak para hadirin untuk
kembali merenungkan dan meneladani nilai-nilai kebangsaan, dan semangat
kejuangan yang di-wariskan oleh para pendiri bangsa dan pejuang
kemerdekaan. Mereka adalah sumber inspirasi, dan kekuatan bagi kita
untuk terus mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan.
Pada hari ini, kita juga perlu merenungkan perjalanan reformasi yang
telah berlangsung selama 15 tahun. Proses ini telah dimulai sejak
Pemerintahan Presiden Habibie, yang dilanjutkan oleh Presiden
Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati dan terus berlangsung hingga saat
ini. Kita juga telah melewati era transisi demokrasi. Sejumlah
tantangan dan ujian telah kita lalui. Banyak yang telah kita capai,
namun tidak sedikit pula pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan.
Konsolidasi demokrasi semakin kita tingkatkan melalui penguatan sistem,
kelembagaan, dan budaya demokrasi.
Alhamdulillah, demokrasi semakin tumbuh dan mekar. Hal ini ditandai, antara lain dengan makin berfungsinya checks and balances
antar-cabang kekuasaan negara, terlaksananya desentralisasi dan otonomi
daerah, terselenggaranya pemilihan umum secara berkala, damai, fair
dan demokratis, serta terbangunnya kelengkapan lembaga negara, yang
menjamin kehidupan demokrasi dan tata kelola pemerintahan yang lebih
baik.
Kita juga semakin memperkuat tegaknya pranata hukum (rule of law).
Kita sungguh ingin menjadikan hukum sebagai panglima dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Negara juga terus meningkatkan efektivitas
penegakkan hukum, serta pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat.
Kita juga semakin menjamin perlindungan serta aksesibilitas bantuan
hukum bagi setiap warga, demi terwujudnya keadilan untuk semua. Justice for all.
Sungguhpun demikian, kita menyadari bahwa ke depan ini, upaya untuk
membuat demokrasi dan pranata hukum berjalan secara lebih baik lagi,
masih harus terus kita lanjutkan.
Hadirin sekalian yang saya muliakan.
Sesungguhnya, apa yang telah kita lakukan dewasa ini tidak sebatas
reformasi, tetapi sebuah transformasi. Oleh karena itu, perubahan yang
kita kelola merupakan sebuah proses yang mendasar, melibatkan peran
aktif berbagai aktor penyelenggara Negara, masyarakat, dan termasuk pula
komunitas dunia usaha.
Berkaca pada pengalaman di kawasan lain, alhamdulillah Indonesia
telah mampu melalui proses transisi demokrasi dengan relatif damai. Kita
tidak hanya berhasil melewati tahap yang paling kritis, tetapi juga
telah mampu menjaga serta terus memperkuat tatanan kehidupan bernegara
yang lebih baik. Namun demikian, sekali lagi, kita tidak boleh cepat
berpuas diri. Perjalanan masih panjang. Kita harus bekerja lebih keras
lagi, untuk memajukan dan menyejahterakan kehidupan rakyat Indonesia.
Saya bersama jajaran pemerintah berkomitmen menuntaskan sasaran dan
capaian RPJMN 2010-2014, dalam sisa waktu menjelang berakhirnya mandat
saya selaku Presiden. Saya yakin dan percaya, melalui kerja keras dan
dukungan penuh DPR dan DPD, pemerintah akan dapat menuntaskan agenda
pembangunan nasional tersebut.
Sejauh ini, melalui kerja sama tersebut, telah banyak capaian
pembangunan yang kita hasilkan. Memang, masih terdapat beberapa
kekurangan yang perlu terus diperbaiki. Namun, kita harus optimistis
bahwa upaya kita akan berhasil.
Misalnya, Indeks Pembangunan Manusia telah berhasil kita tingkatkan
secara signifikan. Sejumlah indikator memperlihatkan hal itu. Angka
Partisipasi Pendidikan Dasar, Menengah dan Tinggi menunjukkan realisasi
yang menggembirakan. Angka Harapan Hidup terus meningkat, bahkan kita
optimis akan mampu mencapai sasaran pada 2014. Tingkat kematian bayi dan
tingkat kematian ibu melahirkan terus menurun. Bahkan kita menjadi
contoh keberhasilan sebuah Negara, yang mampu menurunkan secara
signifikan penderita tuberkolosis, baik melalui pendeteksian dini maupun
pengobatannya.
Kemampuan kita untuk meningkatkan produktivitas nasional telah
menunjukkan hasil yang nyata. Hal ini tercermin pada peningkatan
pendapatan per kapita, sekaligus menjelaskan semakin membesarnya jumlah
kelas menengah di tanah air. Tahun 2004, PDB per kapita kita sebesar
1.177 dolar Amerika. Pada tahun 2009 berhasil kita tingkatkan menjadi
2.299 dolar Amerika. Angka ini terus meningkat, dan mencapai 3.592 dolar
Amerika pada tahun lalu. Dengan usaha dan kerja keras kita bersama, insya Allah pada akhir tahun 2014, PDB per kapita kita akan mendekati 5.000 dolar Amerika.
Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air,
Realitas dan situasi global dewasa ini masih diwarnai ketidakpastian,
baik di bidang politik, keamanan, maupun ekonomi. Di kawasan Timur
Tengah dan Afrika Utara misalnya, proses transisi ke arah demokrasi
masih belum menentu.
Dalam situasi dunia seperti ini, dan ketika hubungan internasional
semakin kompleks dan dinamis, suatu paradigma baru diperlukan. Indonesia
berpandangan sangatlah penting untuk mengedepankan semangat kebersamaan
antar-negara, bagi tercapainya stabilitas bersama, keaman-an bersama,
dan kemakmuran bersama. Posisi kita sangatlah jelas. Indonesia
berketetapan untuk senantiasa menjadi bagian dari solusi terhadap
berbagai persoalan global.
Di kawasan Asia Pasifik, Indonesia selalu mengajak untuk mewujudkan “dynamic equlibrium”;
keseimbangan yang dinamis. Suatu kondisi yang ditandai dengan tidak
adanya kekuatan negara yang dominan. Pola hubungan yang dilandasi oleh
semangat kerja sama dan kemitraan; bukan kompetisi apalagi konfrontasi.
Suatu keyakinan bahwa kemajuan sebuah negara bukanlah ancaman bagi
negara lain, tetapi justru peluang bagi peningkatan kerja sama dan
kemitraan.
Indonesia juga berpandangan, kini sudah tiba saatnya bagi kawasan Asia
Pasifik, bahkan Indo-Pasifik, untuk mengupayakan sebuah traktat
persahabatan dan kerja sama (treaty of friendship and cooperation).
Instrumen ini bertujuan untuk meningkatkan saling percaya;
mengesampingkan penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan sengketa; serta
berlandaskan semangat kebersamaan.
Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia berkomitmen untuk terus memastikan
kesiapan menuju pembentukan Komunitas ASEAN 2015 melalui tiga
pilar—pilar politik dan keamanan, ekonomi, maupun sosial-budaya. Kita
juga aktif melibatkan masyarakat dalam proses ini, agar Komunitas ASEAN
dapat memberi manfaat dan kemaslahatan bagi kita semua.
Saudara-saudara,
Kita sangat menaruh perhatian pada perkembangan politik dan keamanan di
sejumlah negara Timur Tengah, utamanya di Suriah, Mesir dan Palestina.
Berlarutnya instabilitas politik di Timur Tengah juga berdampak pada
stabilitas dan keamanan global. Indonesia bersama masyarakat
internasional, aktif mendorong berbagai langkah untuk mengatasi
permasalahan ini.
Dalam kasus Suriah, Indonesia mendorong para pemimpin negara Anggota
Tetap Dewan Keamanan PBB untuk lebih berperan aktif, dalam mencari
penyelesaian krisis politik dan keamanan di negeri itu. Dunia tidak
boleh berpangku tangan, dan membiarkan krisis kemanusian itu terus
berlanjut. Untuk menemukan solusi, saya telah berbicara dengan sejumlah
tokoh dunia yang memiliki pengaruh besar bagi penyelesaian konflik
Suriah; termasuk Sekjen PBB, Presiden Rusia, Perdana Menteri Turki, dan
Presiden Iran. Untuk tujuan yang sama, saya juga telah berkirim surat
kepada para kepala negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu
Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Inggris dan Perancis.
Terkait perkembangan di Mesir, kita menyampaikan harapan agar krisis
politik dapat segera teratasi. Serta proses rekonsiliasi nasional dapat
segera dimulai. Indonesia sangat prihatin atas apa yang terjadi di
Mesir hari-hari terakhir ini. Kita berharap korban jiwa yang terus
berjatuhan dapat segera dihentikan. Penggunaan kekuatan dan senjata
militer dalam menghadapi para pengunjuk rasa, tentulah bertentangan
dengan nilai-nilai demokrasi dan kemanusiaan. Saya menyeru agar
pihak-pihak yang berhadapan bisa saling menahan diri. Peran para
pemimpin dan elit politik sangat menentukan. Saya tahu situasi yang
dihadapi oleh bangsa Mesir saat ini sangatlah tidak mudah. Tetapi selalu
ada jalan keluar, jika semua pihak mau membangun kompromi dan win-win solution.
Khusus mengenai Palestina, bersama masyarakat internasional lainnya,
kita aktif memperjuangkan diraihnya hak-hak sah bangsa Palestina untuk
merdeka dan berdaulat.
Kita juga terus memperjuangkan peningkatan status Palestina sebagai
anggota penuh PBB, dan turut membantu peningkatan kapasitas menuju
negara Palestina yang merdeka dan berdaulat. Indonesia berharap bahwa
dimulainya kembali perundingan langsung antara Palestina dan Israel,
dapat menuju terbentuknya Negara Palestina yang merdeka, berdaulat, dan
hidup berdampingan secara damai dengan negara Israel, sesuai dengan visi
two-states solution.
Indonesia juga terus aktif mendorong penguatan demokrasi, serta
pelindungan dan pemajuan Hak Asasi Manusia pada tingkat kawasan dan
dunia. Dalam kaitan itu, Indonesia akan kembali menggelar Bali Democracy
Forum, BDF, yang keenam kalinya, pada bulan November 2013. Selama lima
kali penyelenggaraan, BDF telah menjadi forum utama dialog untuk
pemajuan demokrasi di Asia Pasifik.
Saudara sekalian yang saya muliakan,
Tahun 2013 merupakan tahun yang sangat penting dan istimewa bagi
Indonesia. Setelah hampir 20 tahun, Indonesia kembali menjadi ketua dan
tuan rumah pertemuan puncak Asia-Pacific Economic Cooperation, APEC, di
Bali, pada bulan Oktober mendatang. Tema pertemuan APEC di bawah
kepemimpinan Indonesia adalah “Resilient Asia-Pacific, Engine of Global Growth”.
Di penghujung tahun ini juga, kita akan menjadi tuan rumah dua
pertemuan penting lainnya: World Cultural Forum dan pertemuan tingkat
menteri World Trade Organization—WTO. Dalam kesempatan ini, saya
mengajak seluruh elemen bangsa untuk turut menyukseskan perhelatan
penting ini.
Kontribusi internasional Indonesia juga tercermin melalui peran kita
dalam berbagai misi pemeliharaan perdamaian dunia. Indonesia telah
menjadi salah satu penyumbang utama sejumlah misi perdamaian PBB. Saya
yakin, kita semua sependapat, bahwa Indonesia harus terus berkontribusi
bagi pemeliharaan perdamaian dan keamanan dunia, atas dasar politik luar
negeri yang bebas-aktif, sebagaimana yang diamanatkan oleh UUD 1945.
Peran strategis Indonesia juga tercermin dengan ditunjuknya Indonesia
oleh Sekjen PBB, untuk memimpin Panel yang bertugas menyusun agenda
pembangunan dunia pasca-MDGs. Saya bersama Presiden Liberia, Ellen
Johnson Sirleaf, dan Perdana Menteri Inggris, David Cameron telah
menjalankan amanah ini. Dan saya telah menyerahkan laporan akhir dari
Panel kepada Sekjen PBB akhir bulan Mei 2013 di New York.
Secara aktif kita juga memperjuangkan terbangunnya kemitraan global,
agar dunia dapat bersama-sama mengha-puskan kemiskinan dalam bingkai
pembangunan berkesinambungan dan berkeadilan—sustainable growth with equity.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Perkenankan saya dalam kesempatan ini menyampaikan empat hal penting
yang perlu kita cermati saat ini. Pertama, tentang pentingnya kemampuan
mengelola ekonomi di tengah ketidakpastian dan perlambatan ekonomi
global. Kedua, tentang pentingnya memelihara kerukunan dan toleransi.
Ketiga, pentingnya untuk menyukseskan Pemilu 2014 dan suksesi
kepemimpinan secara demokratis dan damai. Keempat, pentingnya kita terus
mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia atau NKRI.
Hal penting pertama, terkait dengan kemampuan kita menjaga dan mengelola
perekonomian nasional. Bila kita melihat kembali perjalanan ekonomi
nasional pasca krisis 1998, Alhamdulillah ekonomi kita terus
tumbuh secara berkesinambungan. Daya beli masyarakat terus meningkat,
kelas menengah tumbuh secara signifikan, stabilitas fiskal dan moneter
terjaga, serta fundamental ekonomi nasional semakin kuat. Sejumlah
gejolak eksternal, mulai dari lonjakan harga minyak mentah dunia, hingga
krisis finansial dan ekonomi global, dapat kita hadapi secara baik.
Ekonomi tumbuh dalam kisaran 5-6 persen, dunia usaha berkembang,
pengangguran semakin berkurang dan angka kemiskinan dapat terus kita
turunkan.
Semua capaian ini terjadi semata karena kita telah berhasil menyatukan
tekad untuk menemukan solusi bagi setiap masalah yang kita hadapi. Dalam
kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan apresiasi kepada para
anggota Dewan yang terhormat, pemerintah daerah, pelaku dunia usaha
termasuk para pekerja Indonesia, dan segenap pihak atas segala
sumbangsihnya.
Saudara-saudara,
Di sejumlah forum internasional, baik yang bersifat regional seperti
ASEAN dan APEC, maupun multilateral seperti forum G20, saya sering
mendapatkan pertanyaan dari banyak pihak menyangkut resep yang dimiliki
Indonesia, sehingga kita dapat bertahan terhadap krisis ekonomi global
2008-2009, dan bahkan ekonomi kita tumbuh secara mengesankan.
Saya menjawab, pengelolaan ekonomi Indonesia selalu mengedepankan
prinsip kehati-hatian, dengan tetap menjaga ruang ekspansi yang terukur.
Di banyak negara yang dilanda krisis keuangan dan ekonomi, sering kedua
hal ini dipertentangkan, atau menjadi trade-off. Selain itu,
Saya juga sampaikan bahwa “pembangunan ekonomi Indonesia juga ditopang
oleh semakin baiknya iklim dunia usaha, terjaganya stabilitas politik
dan keamanan serta masifnya gerakan kewirausahaan”.
Prinsip kehati-hatian dalam mengelola ekonomi juga tercermin pada
komitmen serta kemampuan kita menjaga kesehatan fiskal. Penerimaan
negara terus ditingkatkan, belanja terkendali, serta defisit fiskal
terhadap Produk Domestik Bruto terjaga di bawah 3 persen. Secara lebih
rincinya, hal ini akan saya uraikan nanti pada Pidato RAPBN Tahun
Anggaran 2014 beserta Nota Keuangannya.
Saudara-saudara,
Kita perlu bersyukur, penyesuaian beban subsidi BBM telah kita lakukan.
Dalam hal ini, saya ingin kembali menyampaikan penghargaan kepada
anggota Dewan yang terhormat dan masyarakat luas atas dukungan yang
diberikan, sehingga kita dapat mengurangi beban subsidi BBM pada APBN
yang berlebihan. Dengan begitu, kita mampu mengalokasikan anggaran lebih
besar ke program yang lebih bermanfaat bagi masyarakat banyak, utamanya
mereka yang berpendapatan rendah. Seperti program perlindungan sosial,
pembangunan infrastruktur dasar, penyediaan sarana transportasi umum,
serta program sistem jaminan sosial.
Sementara itu, pemerintah juga terus mendorong penguatan pasar domestik dan daya beli masyarakat melalui apa yang kita sebut Keep Buying Strategy.
Strategi untuk tetap mempertahankan dan meningkatan ‘keterjang-kauan
konsumsi’ baik dari sisi harga maupun pendapatan masyarakat. Kebijakan
yang kita telah tempuh sejak 2004 ini, terbukti mampu memantapkan
kapasitas pasar domestik sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Sejak tahun 2011, melalui Masterplan Percepatan dan Peningkatan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), kita telah berketetapan untuk
mengakselerasi pemba-ngunan infrastruktur dan konektifitas. Hasilnya
mulai ter-lihat. Sejumlah proyek infrastruktur berskala besar sedang
dikerjakan di berbagai wilayah tanah air. Hal ini terwujud karena
kolaborasi yang baik di antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
BUMN, pelaku usaha dan masyarakat.
Tujuan dari semua itu adalah terbangunnya konektivitas nasional, yang
pada gilirannya akan mendorong industrialisasi dan hilirisasi. Ekonomi
kita juga akan semakin efisien, semakin berdaya saing, dan semakin
merata di seluruh wilayah Indonesia.
Semua resep itu, terbukti telah mampu menjadikan Indonesia salah satu
negara tujuan utama investasi dunia, dengan menyandang predikat investment-grade.
Hal yang juga menggembirakan adalah arus investasi di luar Pulau Jawa
terus meningkat. Ini akan menjamin ketersediaan lapangan kerja yang
lebih merata, dan meningkatkan kesejahteraan yang lebih luas.
Saudara-saudara,
Strategi pembangunan ekonomi kita tetap mengedepankan aspek keseimbangan
dan keberlanjutan. Selama sembilan tahun ini, keseimbangan pembangunan
dilakukan melalui empat strategi dasar; yaitu pertumbuhan, lapangan
kerja, pengentasan kemiskinan, dan pengelolaan lingkungan. Yang kita
dorong adalah pertumbuhan yang berkualitas, yaitu pertumbuhan yang
menciptakan lapangan kerja, mengurangi angka kemiskinan, dengan tetap
menjaga daya dukung alam. Selama ini keempat hal tersebut dapat kita
lakukan secara bersamaan. Program peningkatan kesejahteraan secara
konsisten juga kita lakukan melalui program-program Pro-Rakyat.
Saat ini, Indonesia merupakan Negara berpendapatan menengah dengan
tingkat kemiskinan yang secara bertahap berhasil kita turunkan. Penduduk
miskin turun dari 16,66 persen pada 2004, menjadi 11,37 persen pada
Maret 2013. Tingkat pengangguran terbuka juga dapat diturunkan dari 9,86
persen, pada 2004 menjadi 5,92 persen pada Februari 2013. Meskipun
masih terdapat banyak hal yang perlu terus kita perbaiki, berkurangnya
penduduk miskin, dan menurunnya tingkat pengangguran di Indonesia,
merupakan bukti penting keberhasilan pemangunan nasional yang kita
lakukan bersama.
Dalam kesempatan yang baik ini, saya juga ingin menyampaikan berbagai
kebijakan dan program kerja pemerintah terkait dengan pengentasan
kemiskinan. Seperti saudara-saudara ketahui, pengentasan kemiskinan
merupakan salah satu prioritas dan kebijakan utama pemerintah. Komitmen
ini ditunjukkan melalui serangkaian program Pro Rakyat, yang dijabarkan
ke dalam sejumlah program perlindungan sosial seperti; Bantuan Beras
Miskin, Program Keluarga Harapan, Bantuan Operasional Sekolah, Jaminan
Kesehatan Masyarakat, Bantuan Siswa Miskin, dan Bantuan untuk Lanjut
Usia dan Cacat.
Selain itu, program PNPM juga secara nyata telah berhasil membantu
pembangunan sarana dan fasilitas dasar di daerah pedesaan. Kebijakan
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang kita jalankan sejak 2007 juga telah
memperluas permodalan usaha mikro dan kecil. Tidak kalah penting dari
itu semua, kita juga mengintensifkan program Air Bersih, Perumahan
Sangat Murah dan Murah, Penyediaan Transportasi Murah, serta bantuan
untuk komunitas nelayan dan kaum miskin perkotaan. Pengalaman
menunjukkan apapun situasi yang kita hadapi, dan terlebih ketika negara
kita ikut terdampak dari krisis dunia, program-program pro-rakyat ini
harus kita lak-sanakan dan bahkan kita tingkatkan.
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Pada kesempatan yang baik ini, saya juga ingin mengingatkan bahwa
pembangunan ekonomi yang tengah kita lakukan saat ini menghadapi
tantangan baru, yaitu situasi ekonomi dunia yang kurang menggembirakan.
Menghadapi situasi seperti ini, kita membutuhkan kesiapan mental dan
kebijakan yang tepat, sebagai langkah antisipatif maupun respons
terhadap ketidakpastian global. Kita akan selalu pastikan kebijakan
ekonomi yang kita tempuh tepat, terukur dan menjawab tantangan.
Penjelasan lebih rinci tentang hal ini, akan saya sampaikan dalam pidato
siang hari nanti.
Satu hal yang perlu saya tekankan adalah pentingnya menarik pengalaman
berharga dari pengelolaan ekonomi di saat krisis. Koordinasi yang baik
antara otoritas fiskal, otoritas moneter dan sektor riil sangatlah
penting dalam menghadapi setiap gejolak ekonomi global. Sungguh
beruntung bahwa saat ini kita telah memiliki Forum Stabilitas Sistem
Keuangan, FSSK, yang awalnya beranggotakan Pemerintah, Bank Indonesia,
dan Lembaga Penjamin Simpanan. Ketika krisis subprime mortgage
terjadi pada 2008, Forum ini mampu menyelamatkan perekonomian Indonesia.
Saya percaya dengan bergabungnya Otoritas Jasa Keuangan, OJK, akan
semakin menguatkan perekonomian Indonesia dalam menghadapi setiap
gejolak perekonomian dunia.
Penguatan ekonomi domestik juga dilakukan melalui kebijakan untuk terus
mendorong berkembangnya inovasi, pemanfaatan teknologi, insentif
produksi barang setengah jadi (intermediate goods), serta upaya
terus menerus meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Selain itu,
ruang fiskal terus kita perbaiki melalui peningkatan alokasi anggaran
terhadap sektor infrastruktur, perlindungan sosial, transportasi publik
dan energi terbarukan.
Tidak kalah penting dari itu, pemerintah juga terus memperbaiki kinerja
neraca transaksi berjalan melalui peningkatan ekspor, pengelolaan impor,
serta perbaikan iklim investasi melalui sejumlah kebijakan fiskal.
Optimalisasi penyerapan anggaran juga terus dilakukan.
Melalui hal ini, serta dukungan dan kerja sama semua pihak, kita
optimistis kesiapan menghadapi setiap gejolak eksternal menjadi lebih
baik lagi, sebagaimana keberhasilan kita melewati krisis ekonomi dunia
pada tahun 2008-2009 yang lalu.
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Hal penting kedua yang perlu saya sampaikan adalah terkait dengan
bagaimana kita perlu terus menjaga toleransi, serta mengelola kerukunan
antar dan intra umat beragama di Indonesia. Saya mengajak kita semua
untuk semakin menyadari bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang
majemuk. Kita harus memaknai kemajemukan ini sebagai anugerah, sekaligus
kewajiban untuk mengelolanya secara bijak. Dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika,
kita perlu terus memperkuat toleransi. Kita harus terus mencegah
terjadinya benturan dan kekerasan komunal, yang akan mengganggu
ketenteraman hidup masyarakat dan kesatuan bangsa kita.
Pada kesempatan yang baik ini pula, saya ingin mengingatkan kepada
seluruh rakyat Indonesia, bahwa negara menjamin sepenuhnya keberadaan
individu atau kelompok minoritas. Dalam landasan kebangsaan yang kita
anut, kita tidak membeda-bedakan orang atau kelompok berdasarkan latar
belakang agama, sosial dan budaya serta perbedaan identitas lainnya.
Seluruh warga negara, apa pun latar belakang sosial dan budayanya,
memiliki harkat dan kehormatan yang sama. Dalam perspektif berbangsa,
tugas kita adalah merawat dan menjaga kemajemukan itu, seraya memperkuat
persatuan nasional.
Berdasarkan konstitusi, negara juga menjamin kebebasan beribadah bagi
setiap warganya menurut agama dan kepercayaannya. Hendaknya semua orang
menghormati aturan konstitusi itu. Tidaklah dapat dibenarkan, bahwa
seseorang atau sebuah kelompok memaksakan keyakinannya kepada mereka
yang lain, apalagi disertai dengan ancaman, intimidasi, dan tindakan
kekerasan.
Saudara-saudara,
Semua yang saya sebutkan tadi merupakan prinsip utama dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara yang kita perjuangkan. Kita harus memberikan
perhatian yang penuh agar toleransi tumbuh makin subur di antara segenap
warga negara. Semangat untuk menghormati perbedaan juga perlu terus
didorong untuk menumbuhkan kesediaan saling bekerja sama dan saling
percaya, di antara kelompok-kelompok yang berbeda.
Secara umum, hubungan antar-kelompok dan golongan dalam masyarakat kita
yang majemuk, sesungguhnya masih terjaga. Walaupun begitu, saya sungguh
prihatin dengan masih terjadinya sejumlah insiden intoleransi dan
konflik komunal, yang di antaranya bahkan disertai dengan kekerasan.
Sebenarnya, itu semua dapat dicegah apabila kita senantiasa
mengedepankan dialog. Juga apabila semua pemimpin dan tokoh di seluruh
Indonesia, apakah pemerintahan, agama, sosial dan budaya, peduli dan
mengambil tanggung jawab bersama.
Kita tidak mungkin menghilangkan perbedaan, karena perbedaan itu sendiri
merupakan ciri dari masyarakat majemuk. Yang perlu kita lakukan adalah
mencegah perbedaan itu menjadi konflik yang berujung pada kekerasan.
Oleh karena itu, saya mengajak para pemuka agama dan tokoh masyarakat,
serta orang tua dan para guru, untuk terus menyemaikan nilai-nilai
toleransi, dan prinsip hidup berdampingan secara damai.
Ketika gelombang radikalisme dan ekstrimisme terjadi di banyak belahan
dunia, Indonesia harus tetap mampu mengelola kemajemukan kita. Yang
kita perlukan dalam hal ini adalah sinergi dan kerja sama yang baik
antara pemerintah, para pemimpin agama dan tokoh masyarakat, serta
masyarakat luas.
Saya juga meminta agar insan pers dan media massa ikut memupuk modal
sosial, agar tumbuh menjadi fondasi yang kuat bagi masyarakat majemuk
kita.
Tidak kalah pentingnya dengan itu semua, saya juga mengajak seluruh
komponen bangsa untuk mengutamakan dialog. Hindari benturan dan tindak
kekerasan. Hendaknya setiap orang dan kelompok bisa menahan diri dari
amarah dan amok, kesewenang-wenangan dan pengabaian pada hukum,
undang-undang dan konstitusi kita.
Di atas semua itu, marilah kita tumbuhkan solidaritas sosial, yang
dibangun berdasarkan nilai-nilai kebangsaan dan nilai-nilai kemanusiaan
yang universal. Mari kita ciptakan kerukunan dalam kehidupan
bermasyarakat, ber-bangsa, dan bernegara. Itulah gambaran yang saya
percaya, merupakan sendi-sendi paling penting dalam membangun Indonesia
yang maju dan berkeadaban, kuat dan bersatu.
Saudara-saudara,
Kita bersyukur bahwa masyarakat internasional sangat menghargai
kepeloporan serta kepemimpinan Indonesia dalam ikut memperjuangkan
nilai-nilai toleransi serta kemajemukan, melalui dialog antar-keyakinan
dan peradaban di tingkat dunia.
Diplomasi Indonesia di tingkat internasional, terus dilakukan secara
aktif untuk ikut memperjuangkan toleransi dan kemajemukan. Secara
bilateral, saat ini Indonesia memiliki berbagai forum dialog
antar-keyakinan, tidak kurang dengan 22 negara. Sejak tahun 2004,
Indonesia juga menjadi pemrakarsa berbagai forum dialog serupa, baik di
kawasan Asia dan Pasifik, maupun antar-kawasan dalam kerangka Asia
Europe Meeting, ASEM.
Di forum multilateral, Indonesia juga menjadi salah satu motor bagi
terbentuknya "Aliansi Peradaban" di PBB. Bahkan, tahun depan, Indonesia
akan menjadi tuan rumah pertemuan internasional tersebut yang melibatkan
berbagai unsur penting masyarakat dunia.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Hal penting ketiga adalah terkait dengan penyelenggaraan dan persiapan
Pemilu 2014, serta suksesi kepemimpinan nasional. Tahun depan, kita akan
melaksanakan Pemilu Legislatif untuk memilih anggota DPR, DPR Provinsi,
DPR Kabupaten atau kota dan DPD RI. Setelah itu, kita juga akan
menyelenggarakan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
Pemilu tahun depan merupakan pemilu keempat di era reformasi, yang akan
diikuti oleh 12 Partai Politik Nasional dan tiga Partai Politik Lokal di
Aceh. Pemilu juga akan memilih 560 anggota DPR, 132 anggota DPD, 2.137
anggota DPRD Provinsi, dan 20.257 anggota DPRD Kabupaten atau Kota.
Dari segi pembiayaan, penyelenggaraan kedua pemilu ini juga tidak
tergolong sedikit. Pemerintah menganggarkan tidak kurang dari Rp17
triliun. Belum lagi biaya yang akan disediakan oleh para peserta Pemilu.
Sungguh ini sebuah perhelatan demokrasi yang sangat akbar, tidak saja
bagi negeri ini, namun juga dalam bandingannya dengan pemilu di
negara-negara demokrasi lainnya.
Kita semua berharap dan perlu memastikan bahwa pemilihan umum di tahun
2014, akan berlangsung secara lancar, tertib, dan damai. Tidak kalah
penting dengan itu, kita juga berharap agar penyelenggaraan pemilu nanti
memenuhi semua standar yang berlaku secara universal, yang dalam
tradisi demokrasi haruslah bersifat bebas dan adil; free and fair. Apa yang sudah kita capai dalam tiga pemilu demokratis sebelumnya, perlu kita pertahankan dan bahkan kita tingkatkan.
Dalam kesempatan yang baik ini, tentu kita semua berharap agar semua
pihak yang terkait dalam penyelenggaraan pemilihan umum 2014, dapat
menjalankan tugas dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab. KPU,
Bawaslu, baik yang bertugas di tingkat nasional maupun di daerah, serta
DKPP, memikul tanggung jawab penuh bagi tersele-nggaranya pemilihan yang
demokratis. Hendaknya ketiga lembaga tersebut dapat bekerja sama dan
memenuhi segala tugas mereka, sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam
undang-undang yang berlaku.
Kita juga berharap agar partai-partai politik peserta pemilu menjadikan
Pemilu 2014, sebagai kesempatan penting untuk meningkatkan kualitas
demokrasi di negeri ini. Meningkatkan kualitas demokrasi di tanah air
merupakan agenda kita bersama. Untuk itu, partai politik hendaknya
membangun hubungan yang lebih akuntabel dengan para konstituennya.
Demokrasi kita adalah demokrasi perwakilan. Setiap wakil rakyat
hendaknya menjaga kepercayaan yang diberikan para pemilihnya, dan
menjadikan amanah tersebut sebagai perjanjian luhur dengan rakyat yang
diwakilinya.
Saudara-saudara,
Di tahun 2014, kita juga akan menyelenggarakan Pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden. Seperti telah kita ketahui, Pilpres kali ini tidak
diikuti oleh incumbent. Sampai saat ini, setidaknya terdapat
puluhan nama yang beredar di media masa. Wajah-wajah baru juga muncul,
ikut meramaikan bursa bakal calon Presiden dan Wakil Presiden.
Semua wajah menyiratkan hasrat yang kuat untuk memberikan yang terbaik
bagi negeri ini. Sungguh ini sebuah anugerah, karena negeri ini telah
berhasil mendorong munculnya para calon pemimpin baru yang berkualitas
dan siap melanjutkan estafet kepemimpinan di negeri ini. Kita berharap,
setiap terjadi pergantian kepemimpinan nasional, terdapat angin segar
yang membawa dua hal sekaligus: pembaharuan dan kesinambungan, change and continuity.
Mari kita pastikan bahwa setiap calon mempersiapkan dirinya dengan
sebaik-baiknya, mengambil sebuah tanggung jawab besar untuk menjadi
pemimpin di negeri ini. Mari kita pastikan juga, agar para calon secara
aktif menjelaskan visi dan misi mereka, serta solusi yang mereka
tawarkan untuk mengatasi berbagai permasalahan bangsa yang kompleks.
Mari kita pastikan bahwa rakyat memiliki informasi yang cukup, untuk
menilai para calon pemimpin mereka. Dan akhirnya, mari kita pastikan
bahwa semua tahapan dalam proses pemilihan itu, berlangsung secara
tertib dan transparan.
Biarkan rakyat yang memiliki kedaulatan untuk memilih pemimpin mereka,
yang diyakini dapat melanjutkan pembangunan bangsa di masa depan. Pada
akhirnya, kita harus menghormati pilihan mereka. Dalam demokrasi,
rakyatlah yang menentukan, bukan sekelompok kalangan, baik itu
pihak-pihak yang berkuasa, maupun para pengamat dan insan pers. Marilah
kita bertekad untuk memperlakukan setiap suara yang diberikan rakyat,
sebagai sebuah dukungan sekaligus sumber kekuatan, -- menjaga integritas
moral dan semangat yang kuat, untuk berbuat yang terbaik untuk negeri
ini -- bagi siapapun yang terpilih nanti.
Saudara-saudara,
Politik memang dapat mengambil wajah yang keras. Namun, nilai-nilai dan
etika demokrasi mencegah politik berakhir dengan jalan kekerasan. Dalam
bingkai demokrasi, kita harus memastikan bahwa para elite politik
memiliki komitmen untuk berkompetisi secara sehat dan sportif, serta
pada saat yang sama bersedia pula untuk membangun konsensus, demi
kepentingan yang lebih besar yakni sebuah kebaikan bersama.
Mereka yang terpilih di pemilu legislatif, dan mereka yang terpilih
dalam Pemilihan Presiden, sama-sama terikat oleh tanggung jawab untuk
mengutamakan kepentingan yang lebih besar di atas kepentingan partai,
kelompok, atau golongannya. Yang terpilih memiliki kewajiban untuk juga
memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi semua orang tanpa
kecuali, termasuk mereka yang tidak memberikan suaranya kepada diri atau
partainya. Itulah indahnya demokrasi.
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Hal penting keempat yang akan saya sampaikan, terkait dengan kewajiban
Negara untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah. Apa yang
akan saya sampaikan ini tentulah bersifat fundamental dan tidak bisa
ditawar-tawar. Di depan sidang yang mulia ini, kita menyatakan tekad
untuk dengan segala upaya, mempertahankan kedaulatan dan keutuhan setiap
jengkal wilayah, yang secara sah merupakan bagian integral dari NKRI.
Atas dasar tekad itu pula, kita akan bertindak tegas dalam menghadapi
setiap ancaman terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah Republik
Indonesia.
Alhamdulillah, konflik Aceh telah berhasil kita akhiri secara
damai. Kini saatnya, segenap elemen masyarakat di Aceh membangun masa
depan yang lebih sejahtera, aman dan damai. Dalam kesempatan ini, saya
mengajak kita semua untuk terus menghindari segala hal yang berpotensi
menciptakan kemunduran, dan kembali ke situasi tidak aman seperti yang
kita alami pada masa lalu. Semua pihak, termasuk kalangan yang ada di
Aceh, dengan sepenuh hati saya harapkan sungguh memegang teguh semangat
dan ketulusan hati untuk mengubur konflik di masa lalu, dan kemudian
melangkah ke depan untuk membangun diri, dalam naungan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Demikian pula di Papua, kita terus mengutamakan pendekatan kesejahteraan
dan percepatan pembangunan di Provinsi itu. Penegakan hukum dan
keamanan dilakukan dengan tetap memberikan penghormatan pada Hak-hak
Asasi Manusia, dan kekhususan budaya masyarakat Papua. Pemerintah Pusat
terus meningkatkan besaran anggaran untuk mempercepat dan memperluas
pembangunan di Papua. Saat ini, berbagai program pembangunan
infrastruktur tengah berlangsung secara intensif di berbagai wilayah
Papua. Kita juga sedang merancang suatu formula Otonomi Khusus, yang
mampu memberikan nilai tambah dan terobosan baru bagi terwujudnya
kemajuan dan kemuliaan Papua.
Saudara-saudara,
Di depan sidang yang mulia ini, kita perlu sekali lagi menegaskan bahwa
Aceh dan Papua adalah bagian yang tidak terpisahkan dari NKRI. Pendirian
ini merupakan harga mati bagi bangsa Indonesia. Kita berharap pendirian
ini dipahami oleh semua pihak. Hendaknya kita semua, baik di dalam
maupun di luar negeri, menghindari segala bentuk propaganda dan
provokasi yang dapat mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah Republik
Indonesia.
Selama ini, kita senantiasa menghormati kedaulatan dan integritas
wilayah negara lain, negara-negara sahabat Indonesia. Oleh karena itu,
kita berharap prinsip yang sama juga diterapkan secara resiprokal.
Melalui penegasan ini saya berharap, agar semua pihak bekerja secara
aktif untuk mencegah aktivitas politik yang dapat mengakibatkan
terganggunya hubungan baik Indonesia dengan negara-negara sahabat.
Jangan lukai perasaan bangsa Indonesia, karena kami juga tidak ingin
melukai bangsa lain
Saudara-saudara,
Itulah empat isu penting dan strategis yang perlu saya sam-paikan pada
kesempatan yang baik ini, yaitu: pengelolaan ekonomi di tengah
perlambatan ekonomi global; peme-iharaan kerukunan dan toleransi;
penyuksesan Pemilu 2014 dan suksesi kepemimpinan; serta pentingnya kita
terus mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.
Tentu saja di luar keempat isu itu, negara dan pemerintah akan terus
melanjutkan apa yang menjadi prioritas dan agenda utama, contohnya di
bidang pencegahan dan pemberantasan korupsi, pencegahan dan
penanggulangan terorisme dan berbagai kejahatan trans-nasional, serta
upaya untuk mengatasi dampak perubahan iklim dan penyelamatan
lingkungan.
Kita terus melakukan pencegahan dan pemberantasan korupsi bagi
terciptanya ‘Indonesia Yang Makin Bersih’. Saya terus mendorong
institusi penegak hukum, baik Kepolisian, Kejaksaan maupun KPK, untuk
terus melakukan langkah-langkah yang efektif dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi tanpa tebang pilih.
Kita juga terus mengoptimalkan langkah-langkah penanganan terhadap
ancaman dan aksi-aksi terorisme. Selain itu upaya konsisten terus kita
lakukan dalam menangani kejahatan transnasional, termasuk pemberantasan
penya-lahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Kita juga tetap berkomitmen untuk melanjutkan berbagai agenda global
terkait dengan ancaman krisis pangan, energi, dan air bersih, serta
mitigasi dampak dari perubahan iklim.
Saudara Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang saya hormati,
Saudara Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia yang saya hormati.
Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air,
Menutup Pidato Kenegaraan ini, saya mengajak kita semua untuk juga
semakin berorientasi kepada Indonesia Masa Depan. Tahun ini, genap 68
tahun kita merdeka. 32 tahun mendatang, pada 2045, kita akan genap 100
tahun merdeka. Untuk itu, mari teguhkan tekad dan langkah guna
mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai Negara Maju, yang lebih mandiri,
adil, dan makmur.
Untuk mempercepat pencapaian cita-cita ini, kita perlu terus meningkatan
kualitas sumber daya manusia yang unggul. Generasi muda Indonesia harus
kita bina dan kembangkan menjadi generasi yang cerdas, bermental
tangguh dan toleran. Kaum perempuan yang memiliki peran penting dalam
kehidupan masyarakat, juga perlu kita berikan peluang lebih besar untuk
berkarya dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Di samping itu,
kita juga terus menumbuhkan budaya inovasi, serta pengembangan dan
pemanfaatan teknologi. Bangsa yang maju adalah bangsa yang inovatif dan
kompetitif. Tentu, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dalam
mencapai tujuan ini. Diperlukan dukungan penuh dan sinergisitas dari
segenap lapisan masyarakat—baik masyarakat sipil, masyarakat politik,
maupun masyarakat ekonomi.
Saya mengajak segenap warga bangsa di seluruh tanah air untuk lebih
menggelorakan semangat menjadikan Indonesia sebagai negara yang terus
bergerak menuju negara maju.
Para pendiri republik telah mewariskan 4 konsensus dasar, atau empat
pilar kehidupan bernegara, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
Mari kita jadikan keempat pilar ini menjadi sumber energi dan
inspirasi untuk menyukseskan pembangunan bangsa di masa kini dan masa
depan.
Kepada jajaran pemerintahan dan seluruh rakyat Indonesia di manapun
berada, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
tulus atas peran serta saudara-saudara dalam menyukseskan agenda
pembangunan nasional selama ini.
Kepada saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air yang mengabdi di
berbagai pelosok Nusantara—di pulau-pulau terdepan, di pedalaman, hingga
di kaki-kaki gunung dan daerah terpencil nun jauh di sana—Negara
sungguh berterima kasih atas perjuangan dan dedikasi saudara-saudara.
Saya bergembira, sebagian dari saudara-saudara, hadir di antara kita
pada hari ini. Saudara yang ada di balkon atas, adalah para teladan dan
putera-puteri bangsa yang berprestasi dalam berbagai bidang
pengabdiannya. Saya bangga atas prestasi dan keteladanan saudara semua.
Secara khusus, saya juga ingin menyampaikan penghargaan kepada Para
Presiden dan Wakil Presiden pendahulu saya. Mereka adalah putera-puteri
terbaik bang-sa. Jasa beliau semua sungguh besar untuk kemajuan negeri
yang kita cintai ini.
Akhirnya, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, melimpahkan rahmat,
karunia, dan ridho-Nya kepada kita semua, dalam membangun bangsa dan
negara kita, menuju Indonesia yang lebih maju, lebih adil, lebih
sejahtera, dan lebih bermartabat.
Dirgahayu Republik Indonesia!
Terima kasih,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 16 Agustus 2013
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
SUMBER: http://www.presidenri.go.id/index.php/pidato/2013/08/16/2172.html
Presiden Republik Indonesia - Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono: Pidato Kenegaraan dalam rangka HUT ke-68 Proklamasi Kemerdekaan RI